PENGARUH LAMA PEMAKAIAN SEDIAAN KOSMETIK EYE LINER
TERHADAP CEMARAN MIKROBA
OLEH :
JUNINGSI SRI WULANDARI
08.018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
KEBANGSAAN
MAKASSAR
2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan judul “ Pengaruh Lama Pemakaian Sediaan Kosmetik Eye Liner terhadap Uji
Cemaran Mikroba” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma Tiga Farmasi di Akademi Farmasi Kebangsaan (AKFAR)
Makassar.
Ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku Alm. Lukas Sonta dan Margaretha Pamula, kakak-kakak dan adik-adikku
tercinta beserta keluarga besarku, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan spiritual maupun material dalam segala hal kepada
penulis untuk menyelesaikan pendidikan di AKFAR Kebangsaan Makassar.
Pada kesempatan ini juga, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan atas segala
fasilitas sarana dan prasarana pendidikan di AKFAR Kebangsaan
2. Direktur beserta seluruh staf dosen AKFAR Kebangsaan
atas segala ilmu dan bimbingan selama menuntut ilmu sampai dalam penyusunan KTI
ini
3. DR. Agnes Lidjaja, M.Kes, Apt. sebagai pembimbing materi
dan Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M. Si., Apt. sebagi pembimbing teknis, yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan petunjuk
dalam penyusunan KTI ini
4. Kepala pimpinan dan staf Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Makassar, juga pada ka’ ikha yang telah memberikan fasilitas dan
bimbingan selama penulis mengadakan penelitian
5. Rekan-rekan seperjuanganku AKFAR 2008 (Helen, Ambungu,
Ani, Dian, Rita, Gusni, Innah, Tiwi, Amma, Lois,
Achie, Linda, ILe, Diva, Waddah, Syukur Imam, Baim, Yakob, Kase, Said,
Rijal, dan Tahir) atas kekompakan dan kerja sama selama
kuliah di AKFAR Kebangsaan
6. Chelcius Harindah yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi untuk tetap semangat dalam menjalani proses perkuliahan hingga sampai penyusunan KTI ini
7. Sahabat-sahabatku Ria, Chitra, Ikka, n Ichal (anak
Ricini Pharmacy Comunity), juga BFFku Jurind, Milka, Febby, Emy, Candra n smua-smuanya yang telah membantu baik melalui dukungan moril maupun melalui doa,
seta menemani saat suka dan duka, sehingga KTI ini dapat selesai.
Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
dengan tulus.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penulisan KTI ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat digunakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Farmasi Kebangsaan
Makassar. Amin
Makassar, September 2011
Penulis
ABSTRAK
JUNINGSI. Pengaruh lama
pemakaian sediaan kosmetik eye liner terhadap cemaran mikroba. Dibimbing oleh Agnes
Lidjaja and Aisyah Fatmawaty.
Telah
dilakukan penelitian tentang pengaruh lama pemakaian sediaan kosmetik eye
liner terhadap cemaran mikroba, dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya cemaran mikroba pada sediaan
kosmetik eye liner merek x bentuk cair yang tidak teregistrasi dan diambil di
pasar Sentral Makassar terhadap pengaruh lama pemakaian. Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai keamanan pemakaian sediaan kosmetik eye liner bentuk cair. Sampel eye liner bentuk cair
diuji pada hari ke 0, 5, 10, dan 15. Hasil penelitian untuk uji
identifikasi mikroba patogen Pseudomonas
aeruginosa, Candida albicans dan Stapylococcus
aureus adalah negatif, dan uji Angka Lempeng Total Bakteri adalah 0
koloni/ml. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cemaran
mikroba untuk sampel eye liner merek x bentuk cair yang beredar di pasar
Sentral Makassar terhadap pengaruh lama pemakaian, dan memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral POM RI.
Kata kunci :
Lama pemakaian, Eye liner bentuk cair, Cemaran Mikroba
ABSTRACT
JUNINGSI. The influence of
long usage eye liner cosmetic preparations against microbes
contamination. Survived by Agnes Lidjaja and
Aisyah Fatmawaty.
The study have been done about the influence of long usage eye liner
cosmetic preparations to microbes contamination, with aim to know whether there
is microbial contamination in cosmetic preparation x brand liquid eye liner
form that are not registered and be taken at the Central market of Makassar to
influence of duration of use. The benefit of this study that is give
information to community about the safety of cosmetic preparations usage liquid
eye liner. Samples of liquid eye liner are tested at days 0, 5, 10, and 15. The
result of the study for identification test of pathogens microbe Pseudomonas
aeruginosa, Candida albicans, and Staphylococcus aureus are negative, and
testing of total plate count of bacteria is 0 colony/ml. This show that no microbe contamination to sample
x brand liquid eye liner at Central market of Makassar to the influence of long
usage, and fulfil condition by Direktorat Jenderal POM RI.
Key word : Long usage, Liquid eye liner, Contaminan
Microbes
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ .... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... .... ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... .... iii
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................... .... iv
ABSTRAK....................................................................................................... .... vii
ABSTRAC....................................................................................................... .... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... .... ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kosmetik
II.1.1
Pengertian Kosmetik........................................................................ 4
II.1.2
Persyaratan dan Penggolongan Kosmetik................................... 4
II.1.3
Formulasi Kosmetik.......................................................................... 5
II.2 Eye liner.................................................................................................... 5
II.3 Uraian Umum Kontaminasi Mikroba pada Eye Liner
II.3.1
Fungi................................................................................................... 6
II.3.1.1 Khamir.............................................................................................. 6
II.3.1.2
Kapang atau Jamur....................................................................... 7
II.3.2
Bakteri.................................................................................................. 7
II.4 Faktor Pertumbuhan
Mikroba.................................................................... 10
II.5 Metode
Hitung Cawan................................................................................ 10
BAB III METODE PENELITIAN
III.1 Jenis penelitian........................................................................................... 12
III.2 Tempat dan waktu Penelitian................................................................... 12
III.3 Defenisi Operasional................................................................................. 12
III.4 Populasi dan sampel................................................................................. 12
III.5 Prosedur Penelitian................................................................................... 13
III.6 Pengumpulan Data.................................................................................... 18
III.7 Pengolahan Data....................................................................................... 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian.......................................................................................... 19
IV.2 Pembahasan.............................................................................................. 20
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan.................................................................................................. 23
V.2 Saran............................................................................................................. 23
DAFTAR REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
Kosmetik berasal dari kata kosmesis (Yunani)
yang artinya “berhias”. Biasanya digunakan untuk perawatan dan perlindungan
kulit serta peningkatan penampilan. (1)
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan
Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik pasal 1 No: HK. 00.05.4.175, kosmetik
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar)
atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik. (2)
Produk eye liner yang beredar di pasaran diformulasi untuk mempercantik atau menonjolkan bagian
tertentu untuk memberikan dasar alamiah pada mata. Paling kurang satu dari
sekian produk merupakan bagian terpenting dari kebanyakan perlengkapan make up
wanita, misalnya eye liner. (7)
Eye liner merupakan
sediaan rias mata yang digunakan untuk memperindah dan mempertajam bentuk mata.
Eye liner tersedia dalam berbagai bentuk, diantaranya dalam bentuk sediaan cair. Umumnya
sediaan eye liner cair mengandung bahan dasar air yang merupakan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan mikroba. (7)
Eye liner juga membutuhkan waktu yang cukup
lama baik dalam proses pembuatan, penyimpanan maupun dalam penggunaannya, sehingga memungkinkan
terjadinya pertumbuhan mikroba. Adapun
syarat kosmetik yang baik adalah harus stabil dan tidak boleh mengganggu
fungsi kulit dan kesehatan manusia. Karena adanya mikroba dalam sediaan
kosmetika dapat menyebabkan tidak stabilnya sediaan, dan menyebabkan timbulnya
reaksi alergi, infeksi pada kulit, sensitifitas dan penyakit kulit lainnya. (3)
Kosmetik sediaan rias mata, mikroba yang tidak boleh ada menurut Keputusan Direktorat Jendral POM RI No. 00.06.4.02894, mengenai syarat cemaran mikroba pada kosmetika yaitu Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans dan Stapylococcus aureus adalah negatif, dengan Angka Lempeng Total 5x102 koloni/ml. (4)
Dari ketiga bakteri patogen tersebut P. Aeruginosa merupakan
bakteri yang sangat berbahaya, khususnya pada mata. Penyakit yang ditimbulkan
yaitu infeksi mata yakni dapat mencemari lensa mata, dan cairan lensa serta
dapat mengakibatkan kebutaan. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam,
contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Bakteri P. aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik yaitu bakteri yang memanfaatkan kerusakan
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. (5,6)
Sediaan kosmetik eye
liner penggunaan berulang dapat terkontaminasi dengan mikroba. Atas dasar ini,
peneliti ingin melihat pengaruh lama pemakaian eye liner terhadap pertumbuhan
mikroba, untuk
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan dari produk tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga eye
liner merek x yang digunakan berulang dapat
meyebabkan kontaminasi mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama pemakaian
sediaan kosmetik eye liner merek x bentuk cair yang tidak teregistrasi dan
diambil di pasar Sentral Makassar terhadap cemaran mikroba. Dan manfaat dari penelitian ini
adalah dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keamanan pemakaian sediaan
kosmetik eye liner merek x bentuk cair dan dapat menambah wawasan bagi peneliti serta sebagai
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kosmetik
II.1.1 Pengertian
Kosmetik
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan
Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik pasal 1 No: HK. 00.05.4.175 tahun 2004, kosmetik adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi
dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik. (2)
II.1.2 Persyaratan dan Penggolongan Kosmetik
(2)
Kosmetik yang diproduksi atau diedarkan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan
persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan
2. Produksi kosmetik menggunakan cara pembuatan kosmetik
yang baik
3. Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud
evaluasi produksi, kosmetik dibagi 2 golongan :
a. Kosmetik golongan I adalah :
1) Kosmetik yang digunakan untuk bayi
2) Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut
dan mukosa lainnya
3) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum
lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak
termasuk golongan I, dimaksudkan dalam golongan II apabila :
1) Mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaannya
2) Mengandung bahan dengan fungsi belum lazim serta belum
diketahui
3) Sediaan berbentuk aerosol.
II.1.3 Formulasi
Kosmetik
Formulasi kosmetik melibatkan pemilihan bahan-bahan
yang digunakan untuk menghasilkan sediaan yang baik dan aman, sehingga
kemanjuran produk sesuai yang diinginkan konsumen. Kosmetik seringkali
mengandung sejumlah bahan tambahan yang dapat menunjang pertumbuhan mikroba
yakni dengan adanya suatu campuran lemak dan air yang seringkali memungkinkan
mikroba tumbuh dan menetap. (7)
II.2 Eye liner
Eye liner merupakan sediaan rias mata yang digunakan untuk memperindah dan
mempertajam bentuk mata dan
merupakan salah satu bagian terpenting dari sekian banyak poduk kecantikan
wanita. Eye liner tersedia dalam beberapa bentuk, antara lain bentuk padat (seperti pensil), bentuk cair, dan bentuk
semi padat.
Produk eye liner yang beredar di pasaran diformulasi untuk mempercantik atau menonjolkan
bagian tertentu untuk memberikan dasar alamiah pada mata. Umumnya sediaan eye liner cair mengandung
bahan dasar air yang merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
II.3 Uraian Umum Kontaminasi Mikroba
pada Eye liner
II.3.1 Fungi
Fungi
adalah suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri spesifik, antara
lain : mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, dapat
berkembangbiak secara seksual maupun aseksual, dan beberapa jenis mempunyai
bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang mengandung
selulosa atau khitin atau keduanya. (8)
Secara umum fungi dapat dibagi atas 2 kelompok
berdasarkan atas tipe selnya, yaitu :
a. Fungi yang bersifat uniseluler (khamir, ragi, dan
yeast)
b. Fungi yang bersifat multiseluler (kapang atau jamur, dan cendawan)
II.3.2 Khamir (9)
Khamir merupakan fungi bersel satu atau uniseluler. Beberapa diantaranya
bersifat misellium dengan percabangan, dan hidupnya sebagian bersifat saprofit
dan ada pula yang bersifat parasit.
Ada beberapa bentuk khamir, mulai dari bentuk bulat (spherpoid), elips atau
bulat telur, bentuk batang atau silindris seperti buah jeruk, seperti sosis dan
lain-lain. Bentuk-bentuk dari sel khamir tersebut dapat membantu dalam
identifikasi.
Banyak jenis khamir mengubah karbohidrat menjadi alkohol sehingga sangat
berguna dalam pembuatan minuman beralkohol, juga dapat digunakan untuk membuat
roti, karena kemampuannya memproduksi gas karbondioksida dalam adonan roti.
Namun ada pula khamir yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia seperti Candida albicans.
II.3.1.2 Kapang atau
Jamur (9)
Kapang atau jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang
multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam
jaringannya. Namun ada beberapa yang terdiri atas satu sel.
Banyak jamur yang dapat dimanfaatkan dalam industri fermentasi, seperti
pembuatan asam-asam organik, antibiotika, alkohol dan sebagainya. Contohnya
adalah Penicillium chrysogenum sebagai
sumber antibiotika penisilin. Namun di sisi lain, ada pula yang dapat
menimbulkan penyakit yang gawat pada manusia.
II.3.2 Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata
“bakterion” (Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama tersebut
digunakan untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak
berklorofil (meskipun ada pengecualian). (10)
Bakteri merupakan mikroorganisme yang
bersifat uniseluler, dan untuk mengembangbiakkannya diperlukan medium yang
harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, antara lain
senyawa organik, seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin. (11)
Pada umumnya bakteri tidak mempunyai
klorofil, tapi ada beberapa bersifat fotosintetik dan berproduksi secara
aseksual dengan cara pembelahan, baik transversal maupun biner. (9)
Berdasarkan morfologinya, bakteri dapat
dibagi atas 3 golongan yaitu : (12)
1) Kokus (coccus), adalah bakteri yang bentuknya serupa
bola-bola kecil. Dapat dibedakan menjadi :
- Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit
kencing nanah.
- Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan
dua-dua, misalnya Diplokokus pneumoniae, penyebab
penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
- Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok
empat-empat sehingga bentuknya mirip kubus.
- Streptokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok
memanjang membentuk rantai.
- Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip buah anggur.
2) Basil (bacillus), berbentuk serupa tongkat pendek,
silindris. Bakteri ini dapat dibedakan atas :
- Basil
tunggal, yaitu bakteri yang hanya
berbentuk satu batang tunggal, misalnya Salmonella
thypi, penyebab penyakit tifus.
- Diplobasil, yaitu yaitu bakteri berbentuk batang yang
bergandengan dua-dua.
- Streptobasil, yaitu yaitu bakteri berbentuk batang yang
bergandengan memanjang membentuk rantai, misalnya Basillus antrhacis, penyebab penyakit antraks.
3) Spiril (spirillum) ialah bakteri yang bengkok atau
berbengkok-bengkok serupa spiral. Dapat pula dibedakan menjadi :
- Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral,
misalnya Spirillum. Sel tubuhnya
umumnya kaku.
- Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral
tak sempurna, misalnya Vibrio cholerae,
penyebab penyakit kolera.
- Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang
bersifat lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.
II.4 Faktor Pertumbuhan Mikroba
1. Faktor intrinsik berupa sifat dari tempat tumbuhnya,
yakni kadar air, nilai pH, dan zat-zat gizi yang dikandungnya.
2. Faktor ekstrinsik berupa faktor dari lingkungan,
seperti suhu, kelembaban, dan susunan gas disekitarnya.
II.5 Metode Hitungan Cawan (9)
Prinsip dari hitungan cawan adalah apabila sel suatu
mikroorganisme yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel
mikroorganisme tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung oleh mata tanpa menggunakan alat pembesar. Metode ini
sangat sensitif, karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung, beberapa
jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi mikroorganisme.
Cara pemupukan dalam hitung cawan dapat
dibedakan atas 2 cara yaitu metode tuang
(pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate). Pada metode tuang
sejumlah contoh (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dipipet ke
dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan medium agar yang telah dicairkan
pada suhu 47-50oC sebanyak 15-20 ml, dihomogenkan dan dibiarkan
membeku. Untuk pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar
cawan, bila sudah memadat dipipet contoh sebanyak 1 ml yang diencerkan.
Selanjutnya diratakan dengan menggunakan hocky stick steril. Jumlah koloni
dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut :
Koloni per ml atau per gram = jumlah
koloni per cawan x 1/faktor pengenceran
Untuk melaporkan hasilnya digunakan
suatu standar yang disebut “Standard Plate Count (SPC)” sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung
jumlah koloni antara 30-300/cawan
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan
satu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat
dihitung satu koloni saja
3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu
garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
BAB III
METODE PENELITIAN
III. 1 Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian secara eksploratif yaitu penelitian
yang bersifat sosial dengan tujuan memberikan informasi mengenai penelitian
tersebut.
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar pada bulan Mei-Juli 2011.
III.3 Defenisi Operasional
1. Sediaan kosmetik eye liner yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah eye liner merek x berbentuk cair dan tidak teregistrasi yang
beredar di pasar Sentral Makassar.
2. Cemaran mikroba adalah jika sampel uji mengandung
lebih dari 5x102 koloni/ml dan mengandung mikroba patogen P. aeruginosa, S. aureus, dan C. albicans.
3. Lama pemakaian yaitu waktu yang dibutuhkan dalam
pemakaian kosmetik eye liner bentuk cair yakni selama 15 hari pada suhu kamar.
III.4 Populasi dan Sampel
Populasi
: Semua sediaan kosmetik
eye liner merek x berbentuk cair yang beredar di pasar Senral Makassar.
Sampel
: Eye liner merek x
berbentuk cair yang beredar di pasar Sentral Makassar.
III.5
Prosedur Penelitian
1.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan adalah botol pengencer, pipet tetes, gelas erlenmeyer, tabung
reaksi, cawan petri, pipet skala, ose bulat, inkubator, Laminar Air Flow (LAF),
lampu spritus, rak tabung, timbangan analitik, otoklaf, dan oven. Bahan-bahan
yang digunakan yaitu sediaan eye liner merek x bentuk cair, tween-80, air
suling steril, Plate Count Agar, Selenite Broth, Sabouroud Dextrose Agar, Brain Heart Infusion
Broth, Mac Conkey, dan Blood Agar.
2.
Penyiapan Sampel Penelitian
a. Pengambilan Sampel
Sampel eye liner merek x bentuk cair yang tidak
teregistrasi diambil di pasar Sentral Makassar.
b. Pengolahan Sampel
Eye liner merek x bentuk cair digunakan setiap hari
dengan lama pemakaian 15 hari. Setelah dibuka wadahnya dilakukan pengujian
Angka Lempeng Total (ALT) dan identifikasi cemaran mikroba dan ditutup kembali,
kemudian diuji lagi pada hari ke 5, 10, dan 15.
Sampel eye liner sebelum digunakan (hari ke 0) dibuka
secara aseptis dan dipipet 1 ml sampel, kemudian
dimasukkan kedalam botol pengencer yang berisi 8 ml air suling steril dan ditambahkan 1 ml tween-80 untuk menonaktifkan zat pengawet yang terdapat dalam sampel, dihomogenkan
hingga diperoleh pengenceran 10-1. Diambil 1 ml dari
pengenceran 10-1 dimasukkan ke dalam botol pengencer yang berisi air
suling steril 9 ml dan dikocok sampai homogen hingga diperoleh pengenceran 10-2
. Demikian seterusnya hingga diperoleh pengenceran 10-3. Dilakukan hal yang sama dengan di atas untuk sampel
pada hari ke 5, 10, dan 15.
3.
Prosedur kerja
a.
Sterilisasi Alat
Alat yang akan digunakan dicuci dengan detergen lalu dibilas
dengan air suling sampai bersih kemudian dikeringkan, disterilkan dengan
menggunakan oven pada suhu 180oC selama 2 jam untuk alat-alat gelas.
Alat-alat logam disterilkan dengan cara dipijarkan menggunakan lampu spiritus.
Sedangkan alat-alat plastik atau yang tidak tahan dengan pemanasan tinggi
disterilkan dalam otoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.
b.
Pembuatan Medium
a. Komposisi Pembuatan Medium
1) Plate Count Agar (PCA)
Enzymic kasein
hidrolisat 5 g
Ekstrak daging 2,5 g
Dekstrosa 1 g
Agar 15 g
Air suling 1000 ml
pH 7,00,2
2) Sabouroud Dextrose Agar (SDA)
Dextrose 20 g
Pepton 10
g
Agar 17
g
Air Suling 1000 ml
pH 6,00,2
3) Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
Magnesium sulfat 0,02 g
Amonium dihidrogen fosfat 0,02 g
Sodium amonium
sulfat 0,08 g
Sodium sitrat tribasic 0,2
g
NaCl 0,5 g
BTB 1,5 g
Air Suling 1000 ml
pH 7,40,2
4) Selenite Broth (SB)
Bacto-trypton 5
g
Disodium phosphate 10
g
Bacto-laktose 4
g
Sodium selenite 4
g
Air Suling 1000 ml
pH 7,00,2
5) Mac Conkey (MC)
Pepton dari gelatin 17 g
Pepton dari casein 1,5 g
Pepton dari daging 1,5
g
NaCl 5
g
Laktosa 10
g
Campuran garam empedu 15
g
Neutral red 0,03 g
Cristal violet 0,001 g
Agar 13,5 g
Air suling 1000
ml
pH 7,1±0,2
6) Blood Agar (BA)
Lab-lenco powder 10 g
Pepton 10
g
NaCl 5
g
Agar 15
g
Air suling 1000
ml
pH 6,8±0,2
b. Cara Pembuatan Medium
Bahan-bahan yang telah ditimbang dilarutkan ke dalam air
suling dan dipanaskan dalam penangas air sampai larut, kemudian diukur pHnya
dan disterilkan dengan menggunakan otoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
c.
Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)
Masing-masing hasil pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan
petri steril secara aseptis, lalu ditambahkan medium PCA sebanyak 15 ml untuk
tiap cawan petri, dihomogenkan dan dibiarkan sampai memadat. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam dan diamati serta
dihitung koloni yang tumbuh. Pengujian
sampel eye liner dilakukan pada hari ke 0, 5, 10, dan 15.
d.
Identifikasi Mikroba Patogen
1)
Identifikasi Stapylococcus aureus
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 sampel eye liner pada hari
ke 0, 5, 10, dan 15 ke dalam tabung reaksi berisi medium BHIB dan diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam, dan diambil 1 ose kemudian diinokulasikan ke dalam medium BA kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Diamati adanya
pertumbuhan koloni dengan zona kuning yang menandakan hasil yang diperoleh positif mengandung S. aureus
2)
Identifikasi Pseudomonas aeruginosa
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 sampel eye liner pada hari
ke 0, 5, 10, dan 15 ke dalam tabung reaksi berisi medium SB dan diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 24 jam dan diambil 1 ose kemudian diinokulasikan ke dalam medium MC kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Diamati adanya pertumbuhan koloni berwarna
hijau biru yang menandakan hasil
positif mengandung P. Aeruginosa.
3)
Identifikasi Candida albicans
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 sampel eye liner pada hari
ke 0, 5, 10, dan 15 ke dalam cawan petri yang berisi medium
SDA dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 3x24 jam. Diamati
adanya pertumbuhan koloni dengan warna putih krem, tepi tidak rata, dan berbau
seperti alkohol yang menandakan hasil yang
diperoleh positif mengandung C. albicans.
III.6 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan sesuai hasil pengamatan identifikasi mikroba patogen dan
perhitungan Angka Lempeng Total mikroba yang terdapat pada sediaan eye liner
merek x bentuk cair yang beredar di pasar Sentral Makassar.
III.7 Pengolahan Data
Data yang diperoleh
dicatat dan untuk uji Angka Lempeng
Total dihitung dengan menggunakan metode Standard Plate Count (SPC) kemudian selanjutnya dibuat dalam bentuk tabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian uji cemaran mikroba sediaan kosmetik
eye liner merek x bentuk cair yang beredar di pasar Sentral Makassar terhadap
pengaruh lama pemakaian sediaan adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil uji Angka
Lempeng Total bakteri
Sampel
pada hari ke-
|
Jumlah koloni per pengenceran
|
SPC
(koloni/ml)
|
||
10-1
|
10-2
|
10-3
|
||
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
15
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 2.
Hasil uji identifikasi mikroba patogen
Sampel pada hari ke-
|
Identifikasi
|
Hasil
|
||
P. aeruginosa
|
S. aureus
|
C. albicans
|
||
0
|
-
|
-
|
-
|
Negatif
|
5
|
-
|
-
|
-
|
Negatif
|
10
|
-
|
-
|
-
|
Negatif
|
15
|
-
|
-
|
-
|
Negatif
|
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
jumlah Angka Lempeng Total bakteri untuk sampel pada hari ke 0 sampai hari ke
15 adalah 0 koloni/ml. Dan untuk identifikasi mikroba patogen yakni bakteri S. aureus, P. aeruginosa, dan C.
albicans adalah negatif, yang
berarti bahwa hasil pengujian sampel
sampai hari ke 15 masih sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral POM RI No. 00.06.4.02894, mengenai syarat cemaran mikroba pada kosmetika
IV.2 Pembahasan
Sterilitas dari segi mikrobiologis
pada sediaan kosmetik merupakan masalah penting yang harus diperhatikan, karena
sediaan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama baik dalam proses pembuatan,
pendistribusian, maupun penyimpanan selama pemakaian oleh konsumen, yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba. Terutama apabila ditunjang dengan
penggunaan bahan-bahan yang mudah ditumbuhi mikroba dan kurangnya perhatian
mengenai syarat-syarat higines dan sanitasi.
Adanya mikroba tertentu dalam sediaan kosmetik sangat
tidak dikehendaki karena dapat menyebabkan infeksi kulit pada konsumennya. Hal
ini disebabkan karena, pada umumnya semua sediaan kosmetik langsung kontak
dengan kulit, seperti halnya pada kosmetik eye liner yang dapat kontak dengan
mata. Sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata bahkan dapat mengakibatkan
kebutaan. Selain itu adanya mikroba dalam sediaan kosmetik dapat menyebabkan
perubahan-perubahan tertentu, seperti kemunduran bahan aktif dan bahan tambahan
lainnya pada sediaan tersebut sehingga
dapat mempengaruhi umur lama pemakaiannya.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji cemaran mikroba
dengan tujuan untuk mengetahui kualitas sediaan kosmetika eye liner bentuk cair
dari segi mikrobiologis. Dimana untuk uji ALT digunakan medium PCA sebagai
media pertumbuhan, dan untuk uji identifikasi pada bakteri P. aeruginosa digunakan medium biakan SB kemudian dilanjutkan
dengan medium MC, pada bakteri S. aureus
digunakan medium BHIB sebagai media biakan lalu dilanjutkan dengan medium BA,
sedangkan untuk identifikasi C. albicans
digunakan medium SDA sebagai media pertumbuhan pada suhu tertentu.
Dalam suatu sediaan kosmetik biasanya mengandung bahan
pengawet, sehingga sebelum dilakukan pengujian pada sampel terlebih dahulu
dilakukan pengenceran dan penambahan tween-80, yang fungsinya untuk
menginaktivasi bahan pengawet dalam sampel agar tidak menghambat atau
mempengaruhi pertumbuhan mikroba selama pengujian dilakukan.
Dari hasil
penelitian Uji cemaran mikroba pada sediaan kosmetik eye liner merek x bentuk
cair yang beredar di pasar Sentral Makassar, menyatakan bahwa sampel tidak mengandung
koloni bakteri non patogen maupun bakteri patogen, mulai hari ke 0 sampai pada
hari ke 15. Sampel eye liner tersebut sampai pada hari tersebut
dinyatakan memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Direktorat Jendral POM RI yaitu P. aeruginosa, C. albicans dan S. aureus adalah negatif, dengan Angka Lempeng Total
5x102 koloni/ml.
Tidak adanya
pertumbuhan mikroba patogen maupun non patogen pada hasil pengujian, dapat
disebabkan :
1. Kandungan air yang merupakan media
pertumbuhan mikroba pada sampel eye liner sangat sedikit
2. Zat-zat gizi untuk pertumbuhan mikroba
seperti karbohidrat, dan Nitrogen yang terdapat pada eye liner sangat kurang,
sehingga kemungkinan pertumbuhan mikroba kecil
3. Adanya penggunaan pengawet (metil paraben)
dalam sediaan eye liner sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan pada
kemasan tidak tercantum jumlah kadar pengawet yang ditambahkan.
Dari hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa uji cemaran mikroba pada eye liner merek x
bentuk cair yang beredar di pasar Sentral Makassar terhadap pengaruh lama
pemakaian selama 15 hari memenuhi persyaratan dari segi mikrobiologis.
Sedangkan untuk pemakaian dalam waktu yang lebih lama memungkinkan adanya
pertumbuhan koloni bakteri non patogen maupun patogen yang bisa melebihi
standar yang telah ditetapkan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
diperoleh hasil bahwa sampel eye liner merek x bentuk cair yang beredar di
pasar Sentral Makassar tidak mengandung bakteri patogen P. aeruginosa, S. aureus, dan C. albicans dan untuk uji ALT tidak
ditemukan adanya pertumbuhan koloni bakteri baik pada hari ke 0, ke 5, ke 10,
maupun pada hari ke 15. Jadi sampel eye liner merek x bentuk cair yang beredar
di pasar Sentral Makassar memenuhi syarat untuk lama pemakaian tersebut.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian uji cemaran mikroba
lebih lanjut pada sediaan kosmetik eye liner merek x bentuk cair dengan lama
pemakaian lebih dari 15 hari, dan dilakukan penelitian mengenai kadar pengawet,
serta pengujian ALT kapang/khamir.
DAFTAR REFERENSI
1.
Martin, Dunitz. “Handbook of
Cosmetic Skin Care”. Nail Disease Center Cannes: France;
2000.(hal.1,206)
2.
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta; 2004.(hal.2,)
3.
Djide MN, Sartini.Instrumentasi
Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin: Makassar; 2005.
4.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Keputusan Dirjen POM RI mengenai cemaran mikroba pada
kosmetik.[serial online] diakses dari : URL: http//www.google.com
[diakses tanggal 29 April 2011]
5. Pseudomonas
aeruginosa. [serial online] diakses dari : URL: http://en.wikipedia.org/wiki [diakses tanggal 7 Mei 2011]
6. Natalia L. Psedeumonas
aeruginosa penyebab penyakit infeksi nosokomial. [serial online]
diaksesdari: URL:http://www.google.com/ lia_natalia078114123.pdf. [diakses tanggal 7 Mei 2011]
7. Draelos DZ. Cosmetics In Dermatology. Penerbit Djambatan:
Jakarta; 1995.(hal.206)
8. Fardiaz. Mikrobiologi Pangan. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta; 1992.
9. Djide MN., Sartini. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin: Makassar; 2007. (hal.41-5, 222-24)
10. Dwijo, Seputro. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Surabaya; 1990.
11. Suriawiria U. Pengantar Mikrobiologi
Umum. Penerbit Angkasa: Bandung; 1985.
12. Irianto K. Mikrobiologi: Menguak Dunia
Mikroorganisme. Penerbit Yrama Widya: Bandung; 2006. (hal.56-8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar